Terabaikan! Dibalik Cantiknya Batik Tulis Kapujan, Karya Anak Tigo Lurah, yang Terancam “Gulung Batik”

Dori saat membatik
Dori saat membatik

Arosukapost.com, Solok- Cantiknya karya anak Nagari di sebuah kampung dengan jarak puluhan kilometer dari pusat Pemerintahan Kabupaten Solok. Jalan sunyi harus dilewati untuk sampaikan ke kampung itu, diperjalanan hanya bisa melihat pemandangan bukit-bukit serta hutan lebat disebelah kiri dan kanan badan jalan untuk sampai kesana.

Kampung itu namanya, Kapujan, yang berada di Nagari Rangkiang Luluih, Kecamatan Tigo Lurah, berada diujung Timur Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Untuk menempuh daerah itu, butuh waktu tempuh dua hingga tiga jam perjalanan dengan menggunakan roda dua.

Ketika penulis didalam perjalanan, yang terbayang dibenak, bahwa aktifitas penduduk disana hanyalah bertani dan berladang, “pergi pagi, pulang petang” tanpa ada kegiatan lain yang dapat menambah ekonomi keluarga.

Dori saat menjemur hasil karya batik tulis kapujan
Dori saat menjemur hasil karya batik tulis kapujan

Tapi hal yang dibayangkan, diluar dugaan, sesampai disana rupanya ada salah seorang anak lelaki dikampung itu sedang melakukan aktifitas lain, layaknya banyak dilakukan oleh kaum hawa, yakni sebagai pengrajin batik.

Adapun seorang wanita menemaninya, yang terlihat berdiri dengan tenang melingkari sebuah bentangan kain kurang lebih satu setengah meter hingga dua meter setinggi pinggangnya. Mereka begitu tekun sambil memegang kanvas, lalu menempelkan warna ke atas pola yang sudah digambar di atas selembar kain. Tak ada satu pun suara yang keluar dari mulut mereka.

Dori bersama sang istri saat membatik
Dori saat menjemur hasil karya batik tulis kapujan

Sejak UNESCO menetapkan batik sebagai warisan dunia citra kain tradisional ini semakin terkenal luas. Namun, siapa sangka dibalik tenarnya batik terdapat ancaman “gulung” batik.

Batik mungkin tak asing lagi bagi orang Indonesia. Batik saat ini adalah pakaian universal dan merakyat yang bisa dikonsumsi oleh semua kalangan. Namun dengan keberadaan produk modern saat ini, agaknya rasa malu memakai buatan sendiri sangat berimbas pada produktifitas karya batik, ditambah dukungan dari dinas terkait terhadap karya Batik Tulis Kapujan yang merupakan karya anak muda di daerah terpencil di Kabupaten Solok.

Goresan tangan anak Nagari (Desa) Rangkiang Luluah, Kecamatan Tigo Lurah ini seakan masih terpendam, entah apa sebabnya?

Padahal Batik Tulis Kapujan karya anak Nagari di Kabupaten Solok telah berdiri sejak Oktober 2018 lalu, yang didirikan oleh Dori Hendrianto (28) bersama istrinya.

Baca juga :  Bertahun-tahun Terabaikan! Kini Masyarakat Tigo Lurah Ucapkan Terimakasih pada Pak Bupati

Menurut Dori, Batik Tulis Kapujan ini ia dirikan bertujuan untuk membuka lapangan pekerjaan. Namun sangat disayangkan, hingga saat ini karyanya belum dapat menyerap tenaga kerja. Hanya ia bersama sang istri.

Padahal Batik karya anak muda ini motif dan bahannya sangat berbeda dengan batik-batik yang tersohor di negeri ini.

Pembatik Dori
Pembatik Dori

Sambil mengusap peluh dimuka dan sesekali melepas pandangan ke atas langit melihat cuaca. Dori berkata, Batik Tulis Kapujan tidaklah banyak menggunakan bahan kimia, lebih memamfaatkan bahan alami yang ada di kampunya itu. Seperti kulit kayu, kulit jengkol, bunga, daun-daun, gambir dan lainnya.

“ Untuk bahan, kita tidak banyak memakai kimia, alamlah yang kita mamfaatkan, tak lebih dari itu. Kemudian direbus untuk diambil saripatinya sebagai corak dan motifnya,” sebutnya sambil melentikkan jemari tangannya ke atas kain.

Salah satu ciri khas gambar pada Batik Tulis Kapujan dengan motif telapak tangan yang menggambarkan legenda sebuah batu besar didaerah tersebut dengan banyak corak warna biru dan kuning yang memiliki sebuah arti dan makna tersirat dengan paduan warna yang lebih terang untuk memberikan kesan ceria.

Adapun motif lain, seperti rangkiang luluih, semut gajah, gagang siriah, bungo rayo, anggrek rimbo, absrak dan motif lain yang ia gambarkan dengan alam sekitar.

Pembatik Dori
Pembatik Dori

Saat ditanya bagaimana perhatian Pemerintah setempat. Ayah satu anak ini terlihat mimit wajahnya tanpak sedikit ada kesalnya, tidak tau entah kenapa.

“Usaha saya ini sudah hampir 4 tahun berjalan. Kalau bapak tanya soal perhatian Pemerintah atau Dinas terkait masih kurang responlah. Adalah dilihatnya tapi sama sekali belum ada tindaklanjutnya sampai sekarang,” ucap Dori sambil senyum miring.

Ditambahkan Dori, tidak dipungkuri juga bila ada sedikit respon dari Dinas terkait untuk ikut andil dalam mempromosikan Batik Tulis Kapujan ini, akan tetapi ia diminta dulu agar batik karyanya itu harus di Paten kan dulu.

“Saya hanya berharap perhatian dari Pemerintah saja agar ikut memberikan ruang promosi serta memberikan bimbingan agar lebih kreatif, inovatif. Tidak ia pungkiri juga soal biaya produksi,” bebernya.

Baca juga :  Masyarakat Tigo Lurah Antusias Ikuti Berbagai Lomba “Alek Gadang” Kabupaten Solok

Kini hasil karya anak daerah terpencil Tigo Lurah ini, terancam “gulung” batik, sebab tak ada harapan lebih untuk mengembangkannya, apalagi untuk membuka lapangan pekerjaan bagi kaum hawa didaerah sana.

Sebab ia akui untuk biaya produksi satu helai batik saja, Dori butuh biaya yang dikeluarkan 200 hingga 250 ribu rupiah. Kemudian untuk satu helai batik agar siap dipasarkan ia membutuhkan waktu satu hingga dua hari, itu kalau cuaca bagus.

“Sejauh ini batik tulis kapujan masih sebatas pesanan perorangan,” pungkas Dori.

Diakui Dori meski belum mendapat dukungan dan perhatian serius dari Pemerintah setempat, namun ia tidak menampik Batik Tulis Kapujan tersebut telah ia coba mempromosikan lewat medsos dan media, tapi hasilnya belum ada.

“ Kita sudah berusaha untuk mempromosikan, namun belum berdampak terlalu jauh. Saya berharap agar Batik Tulis Kapujan ini bisa menjadi produk unggulan Kabupaten Solok kedepannya,” harap Dori Rabu (2/3/22).

Wali Nagari Rangkiang Luluah Abu Tasar S.Sos
Wali Nagari Rangkiang Luluah Abu Tasar S.Sos

Sementara itu Walinagari Rangkiang Luluah Abu Tasar S.Sos, mengatakan bahwa pihaknya akan mengupayakan bantuan melalui program yang ada di Pemerintahan Nagari melalui dana Desa, untuk mengembangkan usaha Batik Tulis Kapujan itu.

Diakui Abu Tasar, saat ini memang lemahnya jaringan perajin Batik Tulis Kapujan untuk mengakses pasar, serta rendahnya apresiasi dan dukungan dari Pemerintah.

“ Inilah yang menjadi persoalan sampai saat ini masih belum terpecahkan. Kalau dengan menggunakan dana Desa tentu terbatas, hanya sebatas pelatihan,” ungkap Abu Tasar, Rabu (2/3/22) saat dikunjungi Arosukapost.com, diruang kerjanya.

Lanjut Abu Tasar, bila dukungan penuh dari dinas terkait, maka ini merupakan salah satu upaya untuk membantu masyarakat khususnya di Rangkiang Luluih dan juga dapat membangkitkan ekonomi masyarakat dari situasi sulit akibat pandemi selama ini.

“Selain bantuan ia juga berharap agar pejabat di Kabupaten Solok hendaknya memakai batik tulis Kapujan ini,” harap Wali Nagari.

Pewarta: Nofri Guntala (Wartawan Muda)