Rumah Singgah Bung Karno Dirobohkan, Anggota DPRD Sumbar Sebut Itu Aksi Kriminal

Rumah Singgah Bung Karno di Jalan Ahmad Yani, Kota Padang, sebelum dirobohkan. (Dokumen: Google Maps)
Rumah Singgah Bung Karno di Jalan Ahmad Yani, Kota Padang, sebelum dirobohkan. (Dokumen: Google Maps)

Arosukapost.com, Padang- Anggota DPRD Sumatera Barat Evi Yandri Rajo Budiman mengatakan peruntuhan situs cagar budaya Rumah Singgah Bung Karno di Kota Padang merupakan aksi kriminal yang harus diusut tuntas.

“Persoalan ini tidak bisa selesai dengan kata maaf, penyidik PNS atau pihak berwajib harus melakukan penyidikan kenapa hal ini bisa terjadi,” kata dia baru-baru ini.

Ia mengatakan, Rumah Singgah yang pernah ditempati Bung Karno di Jalan Ahmad Yani itu sudah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Wali Kota Padang pada tahun 1998 dan disahkan oleh Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan tanun 2007 sebagai situs cagar budaya nasional.

Baca juga :  Pembukaan TMMD di Dharmasraya Berjalan Sukses

Menurut dia Pemprov Sumbar dan Pemkot Padang harus bertanggung jawab karena situs budaya nasional ini, dari informasi memberikan izin kepada pemilik untuk melakukan peruntuhan.

“Penyidik harus bekerja untuk ini dan masyarakat yang cinta situs budaya agar melaporkan aksi ini kepada kepolisian atau PPNS,” pungkasnya

Sementara Budayawan Minang Edy Utama menilai, jajaran pemerintah Sumatera Barat tidak tahu dengan Labu nan Kamek atau ‘labu yang enak’. Lebih sibuk dengan kemasan, minus dengan gagasan. 

Hal itu dikatakan Edy Utama merespon diruntuhkannya kediaman Ema Idham, sebuah bangunan cagar budaya di Kota Padang oleh pemiliknya saat ini, pekan lalu. 

Pada tahun 1942, rumah ini pernah ditempati Sukarno dalam perjalanannya ke Sumatera Barat dari Bengkulu. Sebelum dimiliki Ema Idham, rumah ini merupakan kediaman Dr. Woworuntu yang didirikan pada tahun 1930.  

Baca juga :  Buka Smansa Competition Gubernur Cup III, Gubernur Sumbar Puji Marching Band SMAN 1 Solsel

“Selama 5 bulan lebih di Padang usai perjalanan darat dari Bengkulu, Sukarno bermukim di rumah sahabat lamanya asal Manado, Woworunto yang kini kondisi rumahnya telah runtuh. Saat itu, Sukarno belum seorang presiden. Masih seorang tokoh asal Pulau Jawa,” katanya.

Dalam kurun waktu yang relatif singkat itu, ungkap Edy Utama, sejarah mencatat Sukarno diterima dengan baik oleh masyarakat Minang bahkan sampai bertemu dengan Syekh Abdullah Abbas di Padang Japang, Kabupaten Limapuluh Kota.