Randai Tiga Bahasa Ditampilkan MIN 1 Solok: Menjaga Tradisi Minangkabau di Era Modern

Arosukapost.com – Solok, 16 Oktober 2024 – Randai sebagai salah satu seni tradisi Minangkabau terus dilestarikan di berbagai daerah, termasuk di MIN 1 Solok. Pada Rabu, 16 Oktober 2024, MIN 1 Solok mengadakan sebuah pagelaran seni yang menampilkan berbagai jenis seni tradisi, termasuk randai, sebagai bagian dari implementasi Kurikulum Merdeka.

Kegiatan ini diadakan di halaman sekolah dan dihadiri oleh para wali murid serta masyarakat sekitar. Salah satu penampilan yang paling menarik perhatian adalah randai yang dibawakan oleh siswa kelas IV dalam tiga bahasa: bahasa Minang, bahasa Indonesia, dan bahasa Arab.

Acara dimulai dengan sambutan dari kepala sekolah, yang menekankan pentingnya menjaga tradisi lokal agar tetap hidup di tengah arus modernisasi. “Seni tradisi seperti randai bukan hanya sebuah pertunjukan, tetapi juga media untuk memperkenalkan nilai-nilai luhur kepada anak-anak,” ujar kepala sekolah.

Siswa kelas IV tampak begitu menghayati setiap rangkaian cerita randai yang mereka bawakan. Mengambil cerita klasik Minangkabau, Malin Kundang, anak-anak tidak hanya tampil dengan penuh penghayatan, tetapi juga mampu menyampaikan ceritanya dalam tiga bahasa.

Mereka membawakan dialog dalam bahasa Minang, mengartikannya dalam bahasa Indonesia, dan memberikan makna tambahan dalam bahasa Arab. Ini menjadi salah satu upaya untuk mengasah kemampuan literasi multibahasa siswa, sekaligus menjaga kekayaan bahasa daerah.

Salah satu penampilan yang memukau adalah ketika para siswa membawakan dialog dalam bahasa Minang dengan ekspresi yang kuat, lalu menerjemahkannya ke bahasa Indonesia sehingga pesan cerita tetap dapat diterima oleh seluruh penonton.

Anak-anak juga tampak begitu lancar saat mengucapkan kutipan dalam bahasa Arab, yang menambah kesan unik pada pertunjukan tersebut. Tidak hanya para siswa, para penonton, termasuk wali murid, juga terkesan dengan upaya mereka dalam mempertahankan nilai tradisi ini.

Baca juga :  Pengukuhan Pengurus Bundo Kanduang Kecamatan IX Koto Sungai Lasi, Kabupaten Solok

Afni, salah seorang wali murid yang hadir, menyampaikan rasa kagumnya.

“Saya sangat terharu melihat anak-anak tampil begitu percaya diri dan menguasai peran mereka dengan baik. Ini bukan hanya soal tampil, tetapi bagaimana mereka bisa merasakan dan menyampaikan nilai-nilai dari cerita yang mereka bawakan. Semoga randai bisa terus dipertahankan dan menjadi bagian dari pembelajaran di sekolah,” ungkap Afni.

Pagelaran randai ini merupakan bagian dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di MIN 1 Solok. Menurut Ustadzah Elfi Yosefa, salah seorang guru di MIN 1 Solok, kegiatan P5 ini dilakukan dengan memblok waktu per triwulan.

Dalam kegiatan ini, guru-guru yang mengajar di kelas bertindak sebagai fasilitator, sementara siswa diberi ruang untuk mengeksplorasi potensi mereka.

“Proses belajar melalui P5 ini dirancang agar anak-anak bisa lebih memahami materi melalui kegiatan nyata, seperti melalui seni randai ini. Kami berharap mereka tidak hanya belajar, tetapi juga mencintai budaya dan tradisi Minangkabau,” jelas Ustadzah Elfi.

Tema P5 di MIN 1 Solok untuk fase A adalah pola hidup berkelanjutan, salah satunya melalui pengolahan sampah yang memiliki nilai guna. Sementara itu, pada fase B dan C, temanya adalah kearifan lokal.

Fokus utama dari tema ini adalah memperkenalkan seni tradisional kepada siswa, khususnya randai, yang dikemas dalam tiga bahasa. Dengan demikian, siswa tidak hanya belajar tentang budaya, tetapi juga mengembangkan keterampilan komunikasi dalam berbagai bahasa.

Untuk memberikan hasil terbaik, pelatihan randai di MIN 1 Solok dibimbing langsung oleh tokoh randai dari Nagari Gantung Ciri, Kecamatan Kubung. Kehadiran tokoh randai ini menjadi nilai tambah tersendiri bagi para siswa, karena mereka mendapatkan bimbingan langsung dari ahli yang memahami seluk-beluk seni randai. Hal ini membuat penampilan mereka lebih terarah dan sesuai dengan pakem tradisi.

Baca juga :  Meriah Pentas Seni Anak Nagari Simanau: Tradisi dan Kreasi Memukau Masyarakat

Para siswa pun tampak antusias selama masa pelatihan, berlatih gerakan dan dialog dengan penuh semangat. Hal ini tercermin dalam penampilan mereka yang memukau di atas panggung.

Tokoh randai tersebut juga memberikan apresiasi terhadap kemampuan anak-anak dalam menyerap materi dengan cepat dan mampu menampilkan randai dengan penuh semangat.

Afni, mewakili para wali murid, berharap agar seni randai ini bisa terus dipertahankan di MIN 1 Solok dan menjadi bagian dari pembelajaran di sekolah.

“Saya berharap kegiatan seperti ini terus diadakan. Randai adalah salah satu kekayaan budaya kita, dan anak-anak yang mampu memainkannya berarti sudah ikut serta dalam melestarikan budaya kita,” ujarnya dengan mata berbinar.

Menurutnya, pelajaran yang didapatkan anak-anak melalui seni tradisi ini sangat berharga, karena bukan hanya soal menguasai cerita, tetapi juga membentuk karakter dan rasa cinta terhadap seni dan budaya.

“Kegiatan ini bukan sekadar pertunjukan, tapi juga pembelajaran karakter. Anak-anak jadi belajar kerja sama, menghargai budaya, dan menjadi lebih percaya diri,” tambahnya.

Dengan adanya kegiatan seperti ini, diharapkan seni tradisi Minangkabau, khususnya randai, tetap dapat dilestarikan oleh generasi muda. Kegiatan ini juga menjadi bukti bahwa di tengah arus globalisasi, sekolah-sekolah seperti MIN 1 Solok masih berupaya keras untuk mempertahankan budaya lokal agar tidak hilang ditelan zaman.

Randai tiga bahasa ini menjadi salah satu bentuk inovasi dalam pelestarian budaya yang patut diapresiasi, karena mampu menggabungkan tradisi dengan tuntutan zaman modern. (WR)