Sumbar  

Malapehan Kaua Padang, Kearifan Lokal Nagari Batu Bajanjang

Arosukapost.com – Nagari Batu Bajanjang, Kecamatan Tigo Lurah, Kabupaten Solok, Masyarakat nagari Batu Bajanjang masih menjaga dan melestarikan tradisi turun temurun yang juga merupakan salah satu kearifan lokal, yaitu Malapehan Kaua Padang.

Malapehan Kaua Padang adalah sebuah ritual yang dilakukan untuk meminta perlindungan agar ternak mereka tidak dimangsa oleh harimau yang disebut Niek Ampang Limo, penghuni taluak rantau.

Ritual ini dilaksanakan setiap tahun pada bulan Maulid, diikuti oleh masyarakat secara beramai-ramai. Kegiatan diawali dengan memotong ayam yang nantinya akan dibuat limeh, sebuah tempat dari daun pisang yang berisi nasi, darah, hati, dan jantung ayam. Limeh ini akan ditinggalkan di dalam rimba setelah ritual selesai.

Baca juga :  OK OCE Bakal Pamerkan Kopi Solok Radjo ke Kancah Internasional, Bupati: Saya Akan Dukung Penuh

Ritual dipimpin oleh seorang tokoh yang dituakan dan merupakan keturunan dari pelaku ritual sejak dulu. Sang pemimpin ritual akan menyanyikan mantra di dalam rimba dan ditutup dengan doa bersama.

Salah satu mantra yang disanyikan adalah “malapehan kandak anak bujang”, yang berarti meminta kepada harimau (iniek ) agar tidak mengganggu ternak mereka.

Baca juga :  Parkir Liar Simpang Surya Ditertibkan Dishub Kota Solok, Tilang di Tempat Akan Diberlakukan

Menurut Kepala Jorong Kampung Tangah Nagari Batu Bajanjang, Marda Yulita, ritual ini dilakukan di Rimbo Pakan Akek Batu Sangkak Lindang Sungai Pincuran . Untuk makan dan minum merupakan sumbangan swadaya dari masyarakat. Ia berharap kearifan lokal ini tetap terlaksana setiap tahunnya dengan dukungan seluruh unsur di nagari.

Malapehan Kaua Padang merupakan salah satu bentuk kebudayaan Minangkabau yang berkaitan dengan silek, seni bela diri tradisional. Silek memiliki filosofi “mambunuah maiduik-an maampang malapehan”, yang berarti membunuh untuk hidup dan mengampuni untuk damai. (WR)