Ekspedisi Sungai Batanghari Dibuka, Sutan Riska Ungkit Kejayaan Dharmasraya di Masa Lalu

Pembukaan Ekspedisi Sungai Batanghari oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemenristekdikti, Dharmasraya, Selasa (12/7/22).
Pembukaan Ekspedisi Sungai Batanghari oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemenristekdikti, Dharmasraya, Selasa (12/7/22).

Arosukapost.com, Dharmasraya- Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan buka acara Ekspedisi Sungai Batanghari dalam rangkaian kegiatan Kenduri Swarnabhumi.

Kegiatan yang diprakarsai Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemenristekdikti ini digelar di Pulau Punjung, sebagai titik awal ekspedisi, tepatnya di Jembatan Sungai Dareh (12/7/22).

Kagiatan ini turut dihadiri sejumlah pejabat tinggi Kemenristekdikti, yakni Direktur Perlindungan Kebudayaan Irini Dewi Wanti, Direktur Perfilman, Musik dan Media Baru Ahmad Mahendra, dan Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Yudi Wahyudi.

Selain itu nampak hadir Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar Syaifullah, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jambi Arif Budiman, Kepala BPCB Sumbar Teguh Hidayat, Kepala BPCB Jambi, Widyanmoko, forkopimda, sekda, asisten dan undangan lainnya.

Dalam sambutannya, Sutan Riska mengucapkan terima kasih kepada Direktur dari Direktorat Jenderal Kebudayaan beserta rombongan yang telah berkenan mengunjungi Kabupaten Dharmasraya.

Dijelaskan Sutan Riska, Kabupaten Dharmasraya merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Sijunjung yang dibentuk melalui UU Nomor 38 tahun 2003. Dharmasraya yang berpenduduk lebih kurang 228.591 jiwa memiliki penduduk yang multi etnis, di antaranya Minang, Sunda, Jawa dan Batak dengan berbagai keragaman corak budaya.

“Dari aspek geografis, Kabupaten Dharmasraya dilalui oleh Sungai Batanghari yang merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera. Sungai Batanghari sudah menjadi urat nadi bagi masyarakat Dharmasraya dari masa lalu sampai saat ini. Di sungai inilah terjadi hubungan ekonomi, hubungan perdagangan dan menjadi jalur transportasi utama dengan berbagai daerah. Bukti-bukti peningalan masa lalu tersebut dapat kita lihat di sepanjang aliran Sungai Batanghari mulai darI hulu sampai muaranya,” sebut bupati.

Kata Ketua Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) itu, di hilir Sungai Batanghari pernah berdiri Kerajaan Melayu Dharmasraya yang memiliki kekuasaan sampai ke wilayah Asia Tenggara. Dan memiliki kaitan erat dengan sejarah besar nusantara yang sampai saat ini masih diwarisi empat kerajaan di Dharmasraya, yaitu Kerajaan Koto Besar, Kerajaan Siguntur, Kerajaan Pulau Punjung dan Kerajaan Padang Laweh.

Baca juga :  Sekda Solok Selatan Imbau ASN Hati-Hati Bermedia Sosial Jelang Pilkada

Bukti lain dari peninggalan Kerajaan Dharmasraya tersebut masih bisa dilihat sampai saat ini, seperti Candi Padang Roco, Candi Pulau Sawah, Candi Awang Maombiak dan Situs Rambahan Bukik Berhala.

Ia menyebut, dengan adanya UU Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya dan UU nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan memberikan payung hukum dalam upaya menjaga dan melestarikan warisan kebudayaan daerah.

“Pemerintah Kabupaten Dharmasraya sangat berkomitmen untuk melestarikan kebudayaan daerah yang ada sebagaimana visi daerah kita, mandiri, maju dan berbudaya. Saya sangat mendukung kegiatan ekspedisi Sungai Batanghari yang digagas Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan yang mengangkat tema ‘Menyusur Sungai Merekat Ketersambungan Warisan Budaya Indonesia’, kegiatan ini juga merupakan salah satu rangkaian kegiatan dari acara Kenduri Swarnabhumi tahun 2022,” terang bupati lagi.

Bupati berharap, kegiatan yang diikuti 50 orang peserta yang terdiri dari mahasiswa, peneliti dan komunitas yang menyusuri Sungai Batanghari untuk pendataan, inventarisasi, pemetaan ekosistem serta pemantauan dan evaluasi perlindungan cagar budaya dan objek pemajuan kebudayaan bisa memberikan manfaat bagi generasi muda berupa transfer pengetahuan.

Dan selanjutnya, diharapkan juga dapat memberikan masukan terhadap perumusan kebijakan dalam upaya pelestarian warisan budaya.

Selain itu, Sutan Riska meminta para peserta mengikuti kegiatan dengan baik, serta bisa melakukan langsung proses ekskavasi (red: penggalian yang dilakukan di tempat yang mengandung benda purbakala) dan menyaksikan penampilan ekspresi budaya oleh masyarakat, serta berdiskusi langsung dengan komunitas dan masyarakat nagari atau desa di masing-masing daerah yang disinggahi.

“Beberapa peninggalan masa lalu yang berada di sehiliran Sungai Batanghari sudah saya tetapkan sebagai cagar budaya, dan mohon kiranya Ibu Direktur Pelindungan Kebudayaan berkenan untuk memproses dan mempertimbangkan cagar budaya tersebut untuk dijadikan Cagar Budaya Nasional. Dan saya berharap dengan adanya kegiatan Ekspedisi Sungai Batanghari ini memberikan kontribusi yang positif terhadap pelestarian warisan kebudayaan di Kabupaten Dharmasraya dan daerah sepanjang aliran Sungai Batanghari,” ungkap Sutan Riska.

Baca juga :  Sutan Riska Ajak Korpri Sonsong Indonesia Emas 2045

Sementara itu, melalui siaran persnya, Direktur Perfilman Musik dan Media, Ditjen Kebudayaan Ahmad Mahendra mengatakan, Kenduri Swarnabhumi, Kemendikbudristek bersama masyarakat dan pemerintah daerah berupaya untuk menggerakkan kesadaran harmoni sungai dan peradaban yang semakin penting untuk dirawat dengan kearifan berbasis budaya.

Dijelaskan, Kegiatan Ekspedisi Sungai Batanghari berlangsung pada 11 sampai dengan 22 Juli 2022. Peserta dilepas oleh Direktur Ahmad Mahendra bersama Bupati Dharmasraya di titik awal Ekspedisi Sungai Batanghari, tepatnya di Jembatan Sungai Dareh, Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya.

Ekspedisi Sungai Batanghari ini akan diisi dengan berbagai aktivitas praktek ekskavasi, penampilan ekspresi budaya oleh masyarakat yang disinggahi, dan diskusi budaya. Hasil ekspedisi ini nantinya akan menjadi topik pembahasan Seminar Nasional pada 21 Juli 2022 mendatang yang mengusung tema ‘Batanghari: Dulu, Kini, dan Nanti’ yang juga menjadi bagian kegiatan Kenduri Swarnabhumi.

Direktur Pelindungan Kebudayaan, Ditjen Kebudayaan, Kemendikbudristek Irini Dewi Wanti menerangkan, Ekspedisi Sungai Batanghari merupakan salah satu upaya pelibatan dan transfer pengetahuan kepada generasi muda untuk melihat lebih jauh potensi berbagai tinggalan objek yang diduga cagar budaya dengan melakukan pendataan, inventarisasi, pemetaan ekosistem, serta pemantauan dan evaluasi pelindungan cagar budaya sebagai objek pemajuan kebudayaan. 

“Kita harus memandang lingkungan tempat keberadaan warisan budaya beserta masyarakat pendukungnya sebagai satu kesatuan ekosistem yang hidup dan saling mempengaruhi serta memberi dampak manfaat untuk jangka panjang,” jelasnya.

Kenduri Swarnabhumi merupakan rangkaian kegiatan yang bertujuan menghubungkan kembali masyarakat dengan peradaban sungai. Kenduri Swarnabhumi diselenggarakan pada Mei-September 2022 oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek bekerja sama dengan berbagai pemerintah daerah (pemda) terkait. Seperti pemda Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat, Kabupaten Bungo, Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh.