Bubble Burst dan PHK Massal Dunia Startup

Tech-company. (Ilustrasi: Freepik)
Tech-company. (Ilustrasi: Freepik)

Opini- Pemecatan ratusan karyawan PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) atau LinkAja dan PT Zona Edukasi Nusantara (Zenius Education) atau Zenius menjadi perbincangan hangat dunia startup beberapa hari terakhir.

Pasalnya, dua perusahaan besar termasuk salah satunya milik BUMN ini masuk ke dalam jajaran perusahaan yang terkena dampak fenomena bubble burst dan diprediksi akan disusul oleh perusahaan startup raksasa lainnya.

Lalu apakah ini akan menjadi kiamat bagi dunia startup?

Fenomena bubble burst sendiri merupakan gelembung ketika terjadi pertumbuhan ekonomi yang terlalu tinggi bersamaan dengan kejatuhan yang relatif cepat, sehingga perusahaan mengharuskan menstabilkan arus keuangan dengan pemecatan karyawan dengan jumlah banyak.

Baca juga :  Perayaan Ulang Tahun Ananda Gahansa Fabiola yang Ke-20

Dari kacamata pengguna, perusahaan-perusahaan ini sejatinya tidak terlalu berorientasi pada keuntungan, namun akuisisi pengguna. Maka tak heran, biasanya cara mereka menggaet pengguna yaitu menawarkan sejumlah cashback, diskon gila-gilaan dan lain sebagainya dengan kata lain bakar duit. Berarti, mereka hanya bergantung pada dana investor untuk jalannya operasional.

Dari sisi strategi, metode seperti ini sangat tidaklah sehat. Pihak perusahaan menghamburkan uang milik investor untuk retensi pengguna dan digunakan kembali untuk mencari pemodal. Repeat. Jika sumber keuangan satu-satunya berhenti dari siklus tersebut, habis sudah.

Beberapa pakar menyebut, fenomena bubble burst ini baru terjadi saat ini karena kas yang menipis baru dirasakan setelah suntikan dana dari investor seakan berhenti mengalir ketika pandemi melanda. Jadi bisa disimpulkan, perusahaan-perusahaan ini adalah perusahaan yang berhasil bertahan dari Covid-19 dua tahun terakhir.

Baca juga :  Pesona Pagi Kabupaten Solok, Lingkungan Yang Ramah Serta Udaranya Yang Elok

Perlu diketahui, tech-companies ini menyasar fresh graduate dalam sistem perekrutan mereka. Mereka tak segan merekrut pekerja dalam jumlah massive dengan gaji yang menggiurkan. Dan tren bekerja di dunia startup-pun menjadi trend di kalangan anak muda beberapa tahun terakhir.

Dari sisi pekerja sebenarnya memiliki resiko yang besar karena mereka tidak memiliki serikat pekerja. Beberapa menyebut pensiun dini merupakan opsi terbaik jika fenomena ini benar-benar mencapai puncaknya. Karena ketika perusahaan menerapkan lay-off, pekerja cenderung tidak menerima haknya dengan maksimal.