Arosukapost.com – Baduy Dalam, sebuah desa terpencil yang terletak di Banten, Indonesia, telah menjadi sorotan akhir-akhir ini. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah mengumumkan pemutusan layanan internet di wilayah ini.
Keputusan ini berdasarkan permintaan dari pemerintah daerah di Desa Ulayat Baduy dan berupaya menjaga nilai-nilai tradisional yang kaya di antara penduduk Baduy Dalam.
Permintaan ini tidak datang begitu saja. Tetua adat Baduy Dalam sebelumnya telah meminta agar wilayah mereka bebas dari akses internet. Alasannya adalah untuk melindungi komunitas mereka dari dampak konten negatif yang sering kali terdapat di dunia maya.
Mereka percaya bahwa menjauhkan diri dari internet adalah cara untuk mempertahankan budaya dan tradisi mereka yang khas.
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (Dirjen IKP) Usman Kansong mengungkapkan bahwa upaya pemutusan layanan internet di Baduy Dalam telah diselesaikan oleh Indosat Ooredoo Hutchison pada pertengahan September 2023. Meskipun layanan internet telah diputus, masih ada wilayah-wilayah tertentu yang masih mendapat akses internet karena faktor geografis.
Hal ini juga memunculkan pertanyaan tentang bagaimana kita dapat menjaga keseimbangan antara modernitas dan tradisi. Apakah memutus internet sepenuhnya adalah solusi yang tepat, atau apakah ada cara lain untuk melindungi nilai-nilai tradisional sambil tetap mengambil manfaat dari teknologi?
Dalam kasus Baduy Dalam, keputusan untuk memutus internet mungkin telah memenuhi keinginan komunitasnya, tetapi juga mengilustrasikan kompleksitas perdebatan yang lebih luas tentang pengaruh teknologi dalam budaya dan tradisi.
Bagaimanapun, Baduy Dalam tetap menjadi contoh menarik tentang bagaimana masyarakat berusaha menjaga identitas mereka di era digital yang terus berkembang. (Ly)
