Nilai Nilai Primodialisme “Dikubur” Tokoh Solok Raya Menggantungkan Asa ke Mahyeldi-Vasko

Penulis, Syam Chaniago (Ketum FOWANA Solok 2013-2023)

Pembaca yang budiman,

Kali ini penulis menguraikan perkembangan demokrasi dari petualangan politik penulis di Kabupaten Solok, mulai dari tokoh tokoh berpengaruh hingga masyarakat akar rumput tak lagi menggantungkan “asa” (harapan) dan mendukung putra Solok yang tampil. Mari ikuti.

Mangamati dinamika perpolitikan di Kabupaten Solok bagaikan cendawan tumbuh, tokoh tokoh berpengaruh bermunculan dan berani bersuara, rata rata mereka lebih menjatuhkan pilihannya Pilkada tahun ini bukan untuk putra daerah sendiri. Ada apa dan kenapa ini bisa terjadi?

Kondisi ini amat berbanding terbalik saat Pilkada tahun 2005 lalu, ketika putra Kabupaten Solok Gamawan Fauzi ikut bertarung sebagai calon Gubernur kala itu. Semangat kedaerahan rakyat Solok.

Tanpa harus meminta dan mengemis serta merasa terpaksa warga Solok Raya mengharuskan dirinya untuk menjatuhkan pilihannya kala itu, primodialisme merupakan harga mati bagi warga di Solok Raya ini yang masih satu kultur dan satu budaya meski terpisah secara administrasi pemerintah.Begitulah cerminan diri para tokoh tokoh dan masyarakat di Solok Raya itu.

Apa itu Primodialisme?

Primodialisme itu adalah, perasaan individual seseorang telah berkembang dalam dirinya, sejak lahir tertanam sebuah ikatan sosial yang mengandung nilai nilai hakiki persatuan, kekeluargaan, ras, etnis (sukuisme dan daerahisme) yang telah menjadi tradisi dan budaya sesuai nilai nilai kerafan lokal masing masing daerah. Apalagi di tanah Minangkabau yang terkenal berbudaya ini.

Kini seakan primodialisme itu dipeti es kan atau disimpan sementara oleh masyarakat Solok Raya pada helat Pilkada saat ini, meski salah satu kandidat calon Gubernur Sumbar yang tampil adalah putra Solok sendiri.

Namun kenapa nilai nilai dalam primodial itu tak lagi menjadi landasan utama bagi masyarakat Solok Raya saat ini, dalam menjatuhkan pilihan politiknya di helat demokrasi yang semakin di depan mata.

Ada beberapa prinsip dan keteguhan yang dimiliki masyarakat Solok dianyaranya orang orangnya sangat kritis dan tidak anti dengan kritikan. Jika da orang yang merasa hebat sendiri tak akan menjadi guru baginya, jika ada pemimpin yang arogan serta otoriter, atau antik kritikan, ia tak kan menyapa, dibiarkan untuk berbuat semaunya.

Selain itu, budaya saling menghargai, santun dalam bertutur, ramah dalam bergaul masih menjadi cermin diri dalam sanubari terdalam orang orang Solok Raya. Kesombongan, keangkuhan serta keserakahan masih menjadi tabu dan termasuk sifat yang paling dibencinya. Apalagi karakter ini melekat dalam diri seorang pemimpin.

Pembaca yang budiman,

Ada kalimat yang menjadi filisofi bagi masyarakat Minang “jika yang kita tanam adalah benih padi, sudah pasti padi yang akan tumbuh, meski tak tertutup ilalang juha tumbuh, jika bibit ilalang yang ditanam sudah pasti ilalang yang tumbuh dan akan menjadi semak belukar.”

Baca juga :  Bubble Burst dan PHK Massal Dunia Startup

Kalimat di atas merupakan sebuah khiasan dalam kehidupan sosial masyarakat yang diartikan, jika benih benih kebaikan dan bermanfaat yang diperbuat selama ini, hasilnya yang akan dipetik sudah dapat dipastikan adalah kebaikan , tapi jika nilai nilai keburukan atak yang tak bermanfaat, hasinya juga sia sia dan tak bernilai.

Begitu santunnya masyarakat Minang dalam kehidupan sosialnya, “kato nan ampek” (kato mandaki, maleriang, mandata jo manurun) masih menjadi landasan utamanya dalam bergaul di tengah tengah kehidupan bermasyarakat.Kepribadian Ini juga menjadi salah satu indikator dalam menilai karakteristik calon pemimpinnya.

Pembaca yang budiman,

Nilai nilai luhur inilah yang tergambar bagi masyarakat Solok terhadap pemimpin pemimpin masa lalu yang seakan terseret dan terkubur di era glibalisai semakin canggih dan moderen ini.

Khusus di Kabupaten Solok, nama Gamawan Fauzi, Gusmal dan Syamsu Rahim memiliki kesan tersendiri bagi masyarakat, ketiha mantan Bupati Solok merupakan tokoh karismatik yang selalu di kenang baik kepemimpinannya di sepanjang masa.

Begitu amat menghargai masyarakat Solok terhadap pemimpin dan sesepuhnya. Barangkali banyak diantara kita bertanya dan berfikir, kenapa nilai nilai priomodialisme itu terlihat begitu kental untuk sosok Gamawan Fauzi, hingga karirnya bagaikan terbang ke langit yang tinggi.

Kala itu, gelombang rakyat Solok seakan tumbuh subur untuk bergerak, diminta atau tidak, mereka ikut berpartisipasi untuk memenangkan percaturan putra daerahnya. Bantuan dan dukungan tak semata hanya moril, para pengusaha juga berani menggaruk koceknya demi membangun harkat, martabat dan nilai nilai persatuan Solok.

Hasilnya Gamawan Fauzi yang berpasangan dengan Alm Marlis Rahman melenggang meninggalkan Jabatan Bupati Solok menuju Rumah Bagonjong Sumbar 1 itu, padahal saat itu hanya diusung oleh partai PDIP dan PBB. Suara Solok Raya rata rata diatas 80 persen hingga pelosok nagari.

Taburan prestasi Gamawan Fauzi dari seluruh sektor pemerintahan, mulai dari perbaikan sektor pelayan, pemantapan tata kelola pemerintahan ke arah yang semakin baik.Program program dalam meningkat perekonomian rakyat, pembinaan kelompok/organisasi/lembaga serta penggalian potensi daerah serta peningkatan sumberdaya manusia.

Semua prestasi itu bukanlah omon omon belaka, melainkan terukur dan teruji serta mendapatkan lisensi nasional bahkan internasional. Hingga Gamawan Fauzi menjabat sebagai Mendagri RI menjadi kebanggaan masyarakat Solok Raya. Masyarakat Solok tak banyak menuntut ini dan itu kepada tokohnya saat memimpin.

Meski hanya kebahagiaan semu baginya, kemampuan memimpin yang baik , mampu menjaga nama baik daerah dengan pemimpin beretika dan memiliki moralitas, itu sudah lebih dari cukup bagi masyarakat. Saat pulang kampung senyum tulus dan keakraban selalu mengambang menyapa masyarakatnya.

Kesan ini masih melekat untuk seorang Gamawan Fauzi oleh masyarakat Solok Raya hingga saat ini. Sosoknya masih menjadi tempat bertanya dan meminta saran serta petunjuk bagi tokoh tokoh di negeri ini.

Baca juga :  Mengurai Akibat Buruk Kebohongan dan Menegaskan Pentingnya untuk Jujur

Meredupnya nilai nilai primodial ini menjadi sebuah tanda tanya besar dalam Pilkada saat ini, apalagi warga dari daerah tetangga diluar Solok Raya ini. Putra Solok yang maju sebagai Calon Gubernur saat ini tak begitu mendapat respon para tokoh tokoh berpengaruh dan masyarakat sampai pelosok nagari.

Meski suasana tampak tenang dan damai di Kabupaten Solok saat ini, sepertinya biasa biasa saja, pada hal helat rakyat semakin berburu dengan waktu. Bagaikan api dalam sekam, permukaannya terlihat tak lebih dari sebuah fatamorgana, tapi dialamnya terkandung bara api yang membara.

Seakan tak adalagi pilihan sepenggal Asa mereka gantungkan kepada Pasangan Mahyeldi-Vasko Pasangan Calon Gubernur Sumbar.

Pembaca yang budiman,

Tulisan ini dapat menjadi referensi dan menjadi pembelajaran bagi calon calon pemimpin Solok Raya masa masa yang akan datang, mari memulai introspeksi diri dari dini. Potret ini menjadi sebuah realita yanh amat amat pahit yang semestinya tak terjadi, namun seakan nasi telah menjadi bubur.

Mari dari kejadian kejadian ini, menjadikan guru untuk demua serta pengalaman yang amat berharga. Sehingg untuk masa masa yang akan datang menjelang, kembali terbangunnya kebersamaan primodialisme ini menjadi nilai nilai yang perlu dikembalikan di Solok Raya.

Sebab masih banyak tokoh tokoh berpengaruh dan masyarakat Solok Raya yang dinilai munpuni, baik daei Kota Solok, maupun Kab Solok Selatan yang berdedikasi memiliki integritas dalam dirinya, tentu perlu seiring karakter generasi penerus/xalon pemimpin ke depan.

Harapannya adalah lahirnya figur figur muda berkarakter yang juga dapat terukur dari etikabilitas dan moraritasnya, tidak semata dinilaindari sisi profesionalitas, popularitas dan elektoral di tengah masyarakat.

Demikianlah tulisan ini semoga ada pesan edukasi, introspeksi diri bagi kita semua untuk ke depan, dari petualangan politik penulis yang menembus 500 tokoh-tokoh berpengaruh, baik dialog secara langsung, maupun melalui perbincangan via smartphone dan medsos.

Angka 500 itu diluar elit elit politik partai pendukung, mulai dari dialog dengan mantan Bupati, Pensiunan, Brokrat Senior, Mantan Anggota Dewan, Tokoh Adat, hingga tokoh masyarakat berpengaruh di nagari nagari. Semua tokoh yang dikonfirmasi menyampaikan hal yang sama, mereka menyatakan untuk Pilkada tahun ini sepakat memberikan dukungan untuk Pasangan Mahyeldi-Vasko nomor urut (1) untuk Calon Gubernur Sumbar.

Sedangkan untuk pasangan calon Bupati Solok mayoritas pilihan di arahkan kepada JFP-Candra nomor urut (3). Salah satu harapannya adalah kepemimpinan daerah yang akan hadir itu liener (satu gerbong) dengan Partai Parabowo yang sebentar lagi akan dilantik menjadi Presiden RI. Wassalam.