“Attacking Campaign” Dinamika Pilgub Sumbar

Penulis, SYAM CHANIAGO (Wartawan Muda)

Pembaca yang budiman,

Salam demokrasi santun kami ucapkan kepada semua pembaca setia ArosukaPost yang kami hormati, kali ini penulis akan menjabarkan dinamika dan perkembangan perpolitikan di negeri tercinta ini, mari ikuti.

Kompetisi dalam upaya memperebutkan kursi panas Gubernur Sumbar kian menarik kita simak dan cermati. Dari amatan penulis, satu kandidat lebih memilih bertahan dan satunya terus menyerang pribadi lawanya, baik bagi kandidat maupun tim tim suksesnya. Media sosial menjadi sarana yang dinilai tepat untuk melakukan kampannye.

Kampanye dalam setiap Pemilu di republik ini, baik dalam Pemilu Pemilihan Legislatif (Pileg), maupun helat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Kampanye merupakan bagian penting dan masa masa orientasi, sosialisasi dengan strategi berbeda dalam meraih hati dan simpati publik. Di era yang serba moderen saat ini, seiring perkembangan dan kecanggihan teknologi, media sosial menjadi salah satu sarana yang dinilai kilat dalam menyebarluaskan informasi berkampanye kepada masyarakat, seperti melalui Facebook, Groub Wharshap, Tiktok, Instagram, twiter dan jenis lainnya.

Saling serang (Attacking Campaign) telah menjadi warna kampanye bagi kandidat. Hal ini tak lagi bisa dihindari, saling serang dewasa ini salah satu cara yang dinilai ampuh dalam menumbangkan rivalnya, demi mendapatkan simpati dan dukungan publik di wilayah pemilihannya.

Tak semua Attacking Campaign itu dilarang dan melanggar aturan dalam kampanye, bahkan ada yang difasilitasi oleh penyelenggara (KPU). Tapi di sisi lainnya juga termasuk cara yang paling kotor, keji dan sangat menciderai pesta demokrasi saat ini.

Etikabilitas dan moralitas kandidat berserta timnya telah mulai dipertontonkan ke publik saat ini. Terkesan pembodohan pembodohan politik mulai disebarkan virusnya ke tengah masyarakat di akar rumput. Kondisinya kian memiriskan dan mencapai titik titik yang sangat nadir dalam memanfaatkan masa masa berkampanye.

Pembaca yang budiman,

Ada dua hal yang menjadi bagian kampanye Attacking Campaign ini. Pertama adalah Negatif Campaign, cara ini bukan lah hal yang dilarang dalam berkampanye, cara ini adalah strategi menjatuhkan lawan dengan menyerang lebih mengarahkan pada program dan kebijakan kubu lawan atau melakuan otopsi dalam mencari kelemahan visi-misi lawan.

Cara ini dapat diterima akal sehat, selain mencerdaskan masyarakat dalam politik, juga dapat mengukur kecerdasan kandidat yang tampil dan tim tim sukses yang mumpuni dalam kajian kajian normatif, relavansi dengan program program yang akan disuguhkan, ini semua tertuang dalam visi misi masing masing kandidat.

Cara ini sering dilakukan secara terbuka, baik melalui media resmi, seperti TV, Medsos atau melalui kupasan kupasan jurnalis, tujuannya adalah mengupas mimpi mimpi kandidat bila nanti pasangannya terpilih dan dipercaya mengemban amanah masyarakat.

Negatife Campaign tak termasuk ke dalam pelanggaran berkampanye, sebab lebih mengupas secara detail, baik pembahasan melalui kajian kajian ilmiah, maupun program yang selaras kewenangan, tugas pokok dan fungsi kandidat. Selain itu juga dalam mengenali menu program program ke depan, sesuai tingkat jabatannya bupati atau gubernur. Secara regulasi telah diatur kewenangannya masing masing.

Negatif Campaign merupakan hal yang lumrah dilakukan dalam masa kampanye, baik oleh masyarakat dari cerita lapau ke lapau (warung ke warung), maupun oleh tim kampanye secara terbuka dan tertutup. Bahkan cara ini juga difasilitasi penyelenggara (KPU), seperti debat kandidat juga diberikan kesempatan mengupas sisi lemah masing masing kubu.

Baca juga :  Tim Pemenangan Mahyeldi-Vasko Minta Seluruh Pendukung dan Masyarakat tak Ragu Laporkan Pelanggaran Pilkada Sumbar ke Tim Hukum

Selanjutnya yang kedua adalah disebut kampanye hitam (Black Campaign), cara berkampanye ini lebih mengarahkan serangan kepada pribadi, privasi lawan, fitnah, hoax dan cara yang tak beretika dan sebagainya. Intinya menghalalkan segala cara dalam berkampanye, termasuk tak geli untuk melaksanakan politik praktis demi mengejar kemenangan.

Menyerang sisi kekurangan dan kelemahan lawan dirasa yang paling ampuh, tujuannya adalah tak lain untuk menghabisi dan melemahkan kubu lawan dalam penilaian negatifnya. Kondisi ini juga terjadi dalam dunia demokrasi di republik ini, bahkan di negara maju sekalipun, tak dipungkuri terjadinya pelaksanaan politik praktis dan kampanye hitam.

Cara kampanye ini, kandidat dan tim suksesnya tak segan segan menyebarkan berita berita hoax, fitnah dan cara ini dirasa tepat menghabisi lawan. Apalagi bagi tim sukses yang tak mengetahui pentingnya sebuah visi misi.

Sekilas tentang visi misi (janji kampanye) bagi calon terpilih nanti merupakan pondasi dasar dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Jadi tak bisa dianggap remeh dokumen visi misi calon tersebut.

Jika hanya kandiat menyajikan untuk sebatas persayaratan dan pelengkap semata untuk pencalonan akan tampak nyeleneh dokumen berharga tersebut. Sebab didalamnya berisi mimpi mimpi pembangunan kandidat bila ia mendapat kepercayaan dan amanah rakyat.

Bagi calon yang merasa kurang percaya diri menghadapi lawannya dengan cara melakukan politik fair play, naik tanpa menjatuhkan lawannnya. Maka kandidat dan kelompoknya lebih memilih jalan pintas untuk menyerang lawannya, apalagi seorang petahana yang sudah dapat dipastikan sangat kuat, satu satunya jalan tol dalam politiknya adalah melakukan Black Campaign.

Cara ini juga sangat menodai serta mengubur nilai nilai hakiki dari demokrasi itu, etika, moralitas kandidat dan tim tak lagi menggambarkan budaya orang timur, apalagi di Ranah Minang ini masih kental dangan budaya saling menghargai.

Kato nan ampek masih menjadi pakaian dalam bergaul, serta melekat menjadi karakter keseharian dalam kehidupan di tengah masyarakat masyarakat Minangkabau. Apalagi dalam diri para tokoh tokoh dan datuak datuak sebagai orang orang pilihan di masing masing kaum dan daerahnya.

Kedua cara diatas rasanya paling lazim menjadi senjata kandidat dalam berkampanye, bahkan sangat disayangkan Balck Campaign akan mengabaikan visi misi yang telah disusunnya bersama timnya tersebut, padahal visi misi itu juga sebagai bahan untuk mensosialisasikan kandidat pada masa masa kampanye.

Strategi kampanye hitam ini, umumnya digunakan untuk menyerang dan melemahkan kandidat kandidat petahana atau fIgur figur yang pernah menduduki jabatan jabatan publik, sebab paling gampang mencari celah kesalahannya, karena selama memimpin tak jarang petahana dihadapkan pada pilihan pilihan sulit diantara keterbatasan.

Kondisi ini juga bisa disebabkan oleh pembatasan kewenangan, kebijakan yang dilahirkan cenderung belum mampu menyenangkan semua pihak, keterbatasan anggaran dalam janji janji kampanye tempo doeloe yang belum realisasi. Selain itu kemampuan dalam memimpin daerah dinilai masih belum sempurna dan sebagainya.

Sudah bisa kita pastikan dibalik keterbatasan seseorang dalam memimpin ada sisi lemah, ini juga bisa dimaklumi bila terdapat kekurangan dari seorang pemimpin itu. Yergantunh dari penilaian publik, namun juga ada pemimpin yang setiap kebijakannya melahirkan kontroversi dan membuat wilayah yang dipimpinnya selalu haduh

Baca juga :  Mahyeldi Serukan Pelestarian Tradisi Minang di Setiap Nagari

Kembali kita kepada filosofi manusia itu tak ada yang sempurna di bumi ini, tak ada gading yang tak retak, namun sangat perlu kita semua memiliki kecerdasan dalam memilih pemimpin untuk lima tahun kedepan.

Pembaca yang budiman,

Kembali penulis mengajak untuk bersama mengamati kondisi perpolitikan di Sumatera Barat, khususnya untuk pasangan calon gubernur/wakil gubernur Sumbar yang tengah berkompetisi.

“head to head” atau satu lawan satu, Pasangan Mahyeldi-Vasko vs Epyardi Asda-Ekos Albar. Mahyeldi (Gunernur Sumbar) Epyardi (Bupati Solok) sama sama memiliki jabatan publik.

Penulis kali ini tak akan menguraikan perjalanan kampanye masing masing kandidat ini, barangkali masyarakat telah bisa menilai karakter dan keberhasilan kedua sosok calon gubernur ini saat memimpin di daeranya.

Ini amat tergantung dari sudut pandang kita dalam menilai. Jangan sampai memakai kacamata kuda dalam menentukan pilihan. Bila kita selalu mencari keburukan dan kesalahan seseorang akan sulit mengungkapkan ssbuah kebaikan dan kebenaran, saatnya kedepan melakukan cara membedah visi misi kedua kandidat tersebut, siapa yang terbaik?

Dari amatan penulis dapat sebuah kesimpulan dari cara masing masing kandidat dan tim kampanye di lapangan, Mahyeldi-Vasko lebih memilih bertahan dan lurus dalam berkampanye, tanpa mengiharaukan lawan politiknya.

Ini selalu disampaikan setiap kunjungan, kita bersama melihat masa depan daerah dalam tagline gerak cepat untuk sumbar. Pasangan mahyeldi-Vasko ini tak begitu peduli, serangan, cacian dan hoax hoax yang nyaris setiap hari menghiasi media sosial dan pemberitaan.

Sementara pasangan Epyardi-Ekos lebih melaksanakan kampanye dengan melaksanakan konser konser dengan mengundang artis ternama Ranah Minang dan artis papan atas dengan tagline Sumbar bangkit di beberapa wilayah di Sumatera Barat.

Dalam pidato pidato yang beredar mulai dari acara KPU dan waktu waktu berlalu. Baik kampanye kandidat maupun kampanye kampanye tim suksesnya, melalui debat kandidat, rata raya senjata dialognya lebih mengarahkan menyerang kubu lawannya. Bahkan seakan tak berdosa menyerang pribadi lawannya secara terbuka.

Termasuk yang dilakukan tim tim suksesnya yang beredar di media sosial lebih di dominasi menyerang pribadi lawannya secara fulgar dari pada menjual program program yang telah dituangkan dalam visi misi kandidatnya.

Dari cara cara berkampanye yang dilakukan oleh kedua pasang kandidat tersebut, merupakan bagian strategi yang dirasa sangat tepat dan yang terbaik dalam situasi kondisi kekinian. Ini versi kandidat, menurut rakyat belum tentu, rakyat akan melakukan penilaian hingga jadwal pemilihan tiba.

Politik sangat dinamis, bila kandidat sedikit salah akan memerikan dampak yang besar. Siapakah yang lebih mendapatkan simpati publik, kepastiannnya kita tunggu di penghujung November bulan depan.

Demikian gambaran perpolitikan masa masa kampanye pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar, semoga tulisan ini juga dapat memberikan edukasi dalam mencerdaskan pemilih, mana kandidat yang terbaik dari yang baik . Nantikan ulasan penulis selanjutnya bedah visi misi kedua pasang kandidat Cagub Sumbar. Wassalam.