Indonesia Rehabilitasi 600 Ribu Hektar Mangrove untuk Tangkal Perubahan Iklim

Arosukapost.com – Indonesia, negara dengan luasan mangrove terbesar di dunia, berkomitmen untuk merehabilitasi 600 ribu hektar mangrove yang terdegradasi hingga tahun 2024. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap laporan Copernicus Climate Change Service (C3S) Uni Eropa yang menyatakan bahwa bumi telah mengalami suhu lebih panas 1,5 derajat celsius dibandingkan era praindustri 1850-1900 selama 12 bulan berturut-turut.

Perubahan iklim global telah menyebabkan berbagai dampak negatif bagi ekosistem dan kesejahteraan manusia, seperti gelombang panas, kekeringan, banjir, dan kelangkaan air. Oleh karena itu, Indonesia memandang penting untuk melakukan upaya mitigasi dalam mengurangi emisi karbon, sekaligus adaptasi dalam menghadapi perubahan iklim.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan potensi mangrove sebagai penyerap karbon alami yang lebih tinggi daripada hutan daratan. Mangrove juga berperan dalam melindungi garis pantai dari erosi, abrasi, dan kenaikan permukaan air laut, serta menyediakan habitat bagi berbagai jenis flora dan fauna.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan bahwa pemerintah bersama World Bank dan Kementerian/Lembaga terkait termasuk TNI Angkatan Darat telah berfokus pada rehabilitasi 75 ribu hektare dan konservasi 400 ribu hektare mangrove sebagai bagian dari rencana besar rehabilitasi mangrove nasional.

“Kami juga akan memanfaatkan mangrove untuk transformasi ekonomi hijau dan karbon biru yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan dokumen kontribusi nasional (NDC) Indonesia yang berkomitmen untuk mengendalikan perubahan iklim global dan menurunkan emisi karbon,” ujar Luhut.

Baca juga :  Menko Airlangga Sebut Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Atas Rata-Rata Global

Luhut menambahkan bahwa keberhasilan program ini akan dicapai jika integrasi seluruh stakeholder mampu memberdayakan masyarakat di sekitar pesisir. Dengan begitu, ekosistem mangrove tidak hanya menjadi tempat penyimpanan karbon, tetapi juga menjadi sumber alternatif baru mata pencaharian bagi masyarakat sekitar.

“Kami berharap dengan rehabilitasi mangrove ini, kita dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menjaga kelestarian alam, dan memberikan kontribusi positif bagi perubahan iklim global,” tutup Luhut. (Ly)