Sumbar  

Ritual Tolak Bala di Nagari Supayang, Warisan Budaya yang Lestari

Arosukapost.com – Nagari Supayang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, memiliki tradisi unik yang masih dilestarikan hingga kini, yaitu ritual tolak bala. Ritual ini merupakan upaya masyarakat Nagari Supayang untuk menolak segala macam bala atau musibah yang mengancam kehidupan mereka, seperti hama tikus dan babi, bencana alam, atau konflik sosial.

Ritual tolak bala di Nagari Supayang dilaksanakan secara rutin setiap tahun, biasanya pada bulan Februari. Pada tahun ini, ritual ini juga dimaksudkan untuk mendoakan kesuksesan pemilihan umum yang akan digelar pada bulan April mendatang, agar berlangsung damai dan tidak menimbulkan perpecahan di antara warga.

Ritual tolak bala di Nagari Supayang melibatkan hampir seluruh masyarakat, terutama para lelaki. Ritual ini berlangsung selama tiga malam berturut-turut, dimulai dari Jorong Koto Kubang dan berakhir di Simpang Aia Kandang, Jorong Rumah Gadang. Selama ritual, masyarakat berjalan kaki sambil melantunkan zikir dan doa, dengan harapan bahwa keburukan tidak boleh mampir di rumah atau warung yang ada di sepanjang jalan.

Baca juga :  Pemkab Solok Kembali Raih Penghargaan Opini WTP dalam LKPD Tahun 2021

Kepala Nagari Supayang, Darmansyah, mengatakan bahwa ritual tolak bala adalah warisan turun temurun yang sudah ada sejak zaman Syech Muchsin atau Syech Supayang, tokoh agama dan budaya yang sangat dihormati di Nagari Supayang. Ritual ini bertujuan untuk menjaga keamanan dan kesejahteraan keluarga dari berbagai macam bala, yang salah satunya adalah hama tikus dan babi yang sering merusak tanaman padi dan sayuran.

Baca juga :  Dahsyatnya Perputaran Uang Selama Libur Lebaran di Kabupaten Solok, Hingga Tembus Rp200 Miliar Lebih

Ritual tolak bala di Nagari Supayang akan diakhiri pada hari Minggu depan di Kubang Kaciak, dengan memotong seekor kambing dalam acara doa bersama masyarakat. Acara ini juga ditutup dengan letusan senapan yang memiliki makna mengusir segala bala dan keburukan dari Nagari Supayang.

Pamong budaya Nagari Supayang, Wirasto SH, menilai bahwa ritual tolak bala adalah salah satu bentuk pelestarian kekayaan lokal yang harus dijaga dan dipromosikan. Ia berharap bahwa ritual ini tidak hanya menjadi tradisi semata, tetapi juga menjadi sarana untuk meningkatkan rasa persaudaraan dan solidaritas di antara warga Nagari Supayang. (WR)