Polusi Udara Jakarta, Masalah Serius yang Harus Diatasi

Arosukapost.com – Jakarta, ibu kota Indonesia, merupakan salah satu kota dengan polusi udara terburuk di dunia. Berdasarkan data IQAir, pada Rabu (07/06) pukul 08.00 pagi WIB, kualitas udara di Jakarta mencapai 155 AQI (Indeks Kualitas Udara), yang berarti tidak sehat untuk semua kelompok orang.

Polusi udara di Jakarta tidak hanya mengganggu kesehatan dan kenyamanan warga, tetapi juga menimbulkan kerugian ekonomi dan sosial.

Secara umum terdapat tiga sumber polusi di Jakarta – sektor transportasi, sektor industri, dan sektor domestik. Berdasarkan inventori emisi yang dibuat Puji Lestari dkk.

Pada 2020, sektor transportasi paling banyak menyumbang Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Oksida (NOx), dan partikel halus PM2,5. Kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil menghasilkan gas buang yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca juga :  Kemenkes RI: Kasus Baru Gangguan Ginjal Akut Menurun

Sektor industri juga memberikan kontribusi besar terhadap polusi udara di Jakarta. Kawasan industri yang ada di daerah-daerah sekitar ibu kota, seperti Jawa Barat dan Banten, memiliki banyak pabrik dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang berbasis batu bara.

Pembakaran batu bara menghasilkan asap dan debu yang dapat terbawa angin dan melintas perbatasan daerah³. Selain itu, aktivitas industri juga menghasilkan limbah cair dan padat yang dapat mencemari tanah dan air.

Sektor domestik juga menjadi sumber polusi udara di Jakarta. Kegiatan rumah tangga seperti memasak, membakar sampah, dan menggunakan alat elektronik dapat menghasilkan emisi gas rumah kaca dan partikel halus. Selain itu, kebiasaan merokok juga dapat meningkatkan kadar PM2,5 di dalam ruangan.

Baca juga :  Polisi Geledah Kediaman Firli Bahuri Terkait Kasus Dugaan Pemerasan

Polutan seperti PM2,5 dapat masuk ke dalam sistem pernapasan dan peredaran darah, dan menyebabkan berbagai penyakit seperti asma, bronkitis, pneumonia, penyakit jantung, stroke, dan kanker paru-paru.

Polusi udara di Jakarta juga berdampak pada iklim dan ekosistem. Gas rumah kaca seperti CO2 dan metana dapat meningkatkan efek rumah kaca dan menyebabkan pemanasan global.

Pemanasan global dapat menyebabkan perubahan cuaca, peningkatan permukaan laut, penurunan keanekaragaman hayati, dan kerusakan lahan pertanian. Selain itu, polusi udara juga dapat mengurangi jarak pandang, menurunkan kualitas estetika, dan mengganggu aktivitas sosial dan ekonomi. (Ly)