BKSDA Sumbar Sayangkan Kematian Harimau Sumatera yang Kena Jeratan Babi di Pasaman

Seekor Harimau Sumatera terjerat perangkap babi di kebun jagung milik warga Pasaman, Selasa (16/5/23) pagi.
Seekor Harimau Sumatera terjerat perangkap babi di kebun jagung milik warga Pasaman, Selasa (16/5/23) pagi.

Arosukapost.com, Pasaman- Seekor Panthera Tigris Sumatrae atau Harimau Sumatera mati setelah terkena jeratan babi milik warga di sebuah kebun jagung di Pasaman. Satwa dilindungi tersebut ditemukan dalam keadaan tak berdaya pada Selasa (16/5/23) pagi.

“Satu persatu satwa dilindungi akan punah dan hutang kita untuk tetap jaga alam ini kepada anak cucu kita tak akan mungkin terpenuhi, jika manusia tidak menyadari bahwa hidup di bumi harus saling berbagi tempat dengan makhluk lain,” tulis BKSDA Sumbar dalam keterangannya.

Sebelumnya, upaya penyelamatan satwa dilindungi Harimau Sumatera yang dilakukan Tim WRU Balai KSDA Sumatera Barat di Jorong Tikalak, Nagari Tanjung Beringin Selatan, Kecamatan Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman karena jeratan babi yang mematikan tidak sesuai harapan.

Baca juga :  Diduga Banyak Kecurangan, Calon Wali Nagari Sikabau Dharmasraya Gugat PPN

Berdasarkan hasil diagnosa RS Hewan Sumatera Barat pada Rabu (17/5/23) menyimpulkan adanya pendarahan pada rongga dada, paru-paru, leher, terpapar panas matahari yang sangat tinggi dan hipoksia akut.

Hal tersebut disebabkan karena adanya jerat yang melilit leher, dada hingga kepala satwa yang menyebabkan terganggunya pernafasan yang mengakibatkan metabolisme harimau betina tersebut tidak bekerja dengan baik.

Baca juga :  Survei! Ruangan Pelayanan Terpadu ‘Tantiya Sudhirajati’ Polres Dharmasraya Sangat Memuaskan Masyarakat

Kadar oksigen berkurang menyebabkan jantung bekerja lebih berat untuk memompa darah ke seluruh tubuh sebagai dampak dari jerat. Hal ini dapat dilihat dari jantung yang mengalami pembengkakan. Gangguan menurunnya kadar oksigen dalam tubuh dapat terlihat dari mata dan kulit bagian dalam (mukosa) yang berwarna biru hingga berakumulasi menjadi penyebab kematian.

“Alangkah menderitanya satwa tersebut sebelum mati karena faktor panas matahari yang berlebih menyebabkan stres (heat stress) dan kurangnya oksigen dalam tubuh menjadi menyebabkan mempercepat kematiannya,” lanjut tulisan tersebut.